Senin, 17 Oktober 2016

Catatan Kajian :
Meraih bahagia yang hakiki dengan taubat
Abu Khaleed Resa Gunarsa, Lc
7 Maret 2015 di Masjid Besar Cipaganti

Setiap manusia memburu kebahagian, tidak ada manusia yang ingin hidup dalam kesengsaraan. Tapi banyak diantara mereka yang tidak bisa hidup bahagia secara hakiki. Kebanyakan dari mereka hanya bahagia secara temporer, kasat mata. Padahal kebahagian yang hakiki itu sudah jelas, terang benderang. Tidak sulit pula untuk membedakan mana jalan untuk menuju kebahagian dan kesuksesan tersebut. Hanya saja, mau atau tidak kita melakukan dan menjalaninya.

Jika kebahagiaan diibaratkan dengan istana yang sangat megah, maka sesungguhnya taubat itu seperti pintunya. Kita hanya bisa masuk kedalam istana yang megah tersebut melalui pintu dan kita tak akan bisa masuk kedalamnya tanpa pintu. Maka taubat adalah pintu pertama yang harus dilewati untuk mendapatkan kebahagiaan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Hud : 3
“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan..”
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Nuh 10-12
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah An Nur : 31
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung"

Mengapa dengan taubat kita bisa bahagia?
Kebahagian yang hakiki itu ada dalam ketakwaan Allah Ta’ala, ada dalam iman, amal sholeh, dzikir, dalam kecintaan terhadap Allah dan rasul-Nya. Jika kebahagiaan ada pada hal tersebut, maka kesengsaraan adalah hal yang menyelisihi perkara ketakwaan. Apa itu? Yaitu dosa dan maksiat.
Dosa dan maksiat adalah penghalang sebuah kebahagian. Dosa ini akan membekas sehingga akan menghalangi sebuah kebahagian untuk datang.

Ibnul Qayyim mengatakan,
“Setiap dosa pasti akan membekas, dan bekas ini akan hilang dengan 4 perkara, yaitu :
1.     Taubat
Sebab yang terbaik dalam menghilangkan bekas dosa adalah taubat
2.      Kebaikan
Perbuatan baik dapat menghilangkan keburukan. Namun tidak semua kebaikan dapat menghilangkan keburukan. Seperti dosa besar yang tidak akan hilang dengan kebaikan
3.      Musibah
Setiap musibah yang berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan akan dapat menjadi penggugur dosa
4.      Siksaan api neraka
Siksaan api neraka adalah penggugur dosa yang terbawa hingga mati”
Dari perkara ini, perkara yang paling baik adalah taubat, karena taubah dapat menghilangkan semua dosa.



Maka dari itulah, taubat adalah pintu kebahagian, mengapa?
1.      Karena dengan taubat kita kembali pada :
-          Keimanan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah membela orang yang beriman.” (Al Hajj [22])
Dengan pembelaan Allah ini, tentu Allah Ta’ala akan memberikan pula kebahagian untuknya.
-          Amal sholeh

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."(QS An Nahl [97]).
-          Ketaan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Al Imran [132)
Dalam setiap rahmat pasti akan ada kebahagiaan didalamnya.


-          Mengingat Allah
“..Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d [28])
Hati yang tentram adalah hati yang bahagia.

-          Ketaqwaan
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. “ (At-Thalaq[3])

2.      Karena dengan taubat akan membuat Allah Subhanahu Wa Ta'ala cinta kepada kita

Sungguh Allah sangat gembira dengan bertaubatnya seorang hamba, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
 "Sungguh Allah lebih bergembira dengan taubat hambaNya tatkala bertaubat kepadaNya, daripada gembiranya salah seorang dari kalian yang bersama tunggangannya di padang pasir tiba-tiba tunggangannya tersebut hilang, padahal makanan dan minuman (perbekalan safarnya) berada di tunggangannya tersebut. Ia pun telah putus asa dari tunggangannya tersebut, lalu iapun mendatangi sebuah pohon lalu berbaring dibawah pohon tersebut (menunggu ajal menjemputnya-pen). Tatkala ia sedang demikian tiba-tiba tunggangannya muncul kembali dan masih ada perbekalannya, maka iapun segera memegang tali kekang tunggangannya, lalu ia berkata karena sangat gembiranya, ‘Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu’ Ia salah berucap karena sangat gembiranya" (HR Muslim 2747)

Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahwa memang diantara tujuan penciptaan manusia adalah Allah menjadikan mereka makhluk yg pasti berdosa agar mereka bertaubat, beliau berkata:

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah akan mendatangkan suatu kaum yg mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka" (HR Muslim no 7141)

Dan apabila Allah telah mencintai hambanya, maka Allah akan mengatakan kepada malaikat Jibril. Dan kemudian malaikat Jibril akan mengatakan pada seluruh penduduk langit. Maka orang yang dicintai Allah itu akan diberi penerimaan di muka bumi. Dengan demikian, orang itu akan disukai dan dicintai oleh semua penduduk bumi yang beriman.


Dan Allah berfirman, 
“Jika aku telah mencintai seseorang maka aku akan menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar; Aku menjadi matanya yang dengan itu ia melihat; Aku menjadi tangannya yang dengan itu ia menggenggam ; dan Aku menjadi kakinya yang dengan itu ia berjalan. Jika ia meminta kepadaKu, jika ia meminta kepada Ku, maka akan Aku kabulkan”.
Maksudnya adalah,
-          Allah akan menjadi pelindung indera orang yang dicintai Allah dari kecacatan
-          Allah akan memberi keberkahan pada orang yang dicintai Allah
-          Allah akan memberi taufiq pada orang yang dicintai Allah agar jauh dari maksiat

3.      Karena dengan taubat maka Allah Ta’ala akan merubah keburukan menjadi kebaikan
Kebaikan yang diperoleh dari taubat adalah kebaikan di dunia dan di akhirat. Maka orang yang bertaubat, perilaku, hati, pikiran, cara pandang dan seluruh sisi kehidupan akan menjadi lebih baik.
Banyak diantara para ahli ibadah yang dahulunya adalah ahli maksiat. Seperti kisah Fudhail Bin Iyadh dan kisah Malik Bin Dinar.

Kisah Fudhail Bin Iyadh
Dikisahkan bahwa Fudhail Bin Iyadh adalah seorang perampok yang ditakuti karena keberanian dan kekuatannya. Semua kafilah dagang saat itu sangat takut pada Fudhail Bin Iyadh. Kemudian dikisahkan pada saat itu Fudhail Bin Iyadh akan merampok sebuah rumah, manakala ia akan beraksi, ia mendengar penghuninya membaya ayat,

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)
Mendengar ayat tersebut Fudhail Bin Iyadh tertegun, tunduk dan bertaubat kepada Allah Ta’ala. Akhirnya ia menjadi seorang ahli ibadah, hingga ia diberi kunyah Abidul Haramain (Tukang Ibadah Haramain, Mekah dan Madinah)

Kisah Malik Bin Dinar
Awalnya, Malik Bin Dinar adalah seorang pemabuk. Tiada waktu baginya untuk tidak mabuk. Ia juga merampok, membegal bahkan membunuh, Kemudia ia menikah dan dikarunia seorang anak bernama Fatimah. Anak perempuan ini sangat disayangi oleh Malik bin Dinar. Ketika Malik Bin Dinar ingin meminum minuman keras lagi, anaknya yang masih sangat kecil itu selalu menghalanginya, Hingga suatu kemudian, Fatimah yang baru berusia 3 tahun itu wafat. Padahal dalam diri Malik Bin Dinar, ia sudah ada keinginan untuk bertaubat, walupun belum sempat. Kemudian, atas bisikan teman-temannya, ia mulai meminum minuman keras lagi hingga ia tertidur. Dalam tidurnya itu ia bermimpi, ia seperti berdiri di Padang Mahsyar bersama banyak orang. Disana, nama orang dipanggil satu persatu untuk diadili. Saat menunggu namanya dipanggil, ada seekor ular besar mengejar Malik Bin Dinar. Ia lari dan bertemu dengan seorang kakek yang sangat lemah, tapi rupanya ia tak bisa mengusir ular besar itu. Akhirnya ia berlari lagi dan bertemu dengan Fatimah, anaknya. Dan pada saat itu, Fatimah dapat mengusir ular besar yang mengejar Malik Bin Dinar. Kemudian disitu Malik Bin Dinar bertanya, siapakah ular besar itu? Fatimah menjawab, ia adalah amal keburukanmu. Kemudia Malik Bin Dinar bertanya lagi, lalu siapa kakek tua itu? Fatimah menjawab, ia adalah amal kebaikmu yang sangat sedikit, hingga tidak dapat menolongmu.
Demikian mimpi itu dijadikan pelajarn oleh Malik Bin Dinar hingga ia menjadi seorang ahli ibadah dizamannya.


 

Pada intinya adalah, Sebesar apapun dosa kita yakinlah dan berhusnudzon lah kepada Allah Ta’ala bahwa Ia akan mengampuni dosa kita asalkan kita bertaubat selagi kita masih hidup. 



http://kisahmuslim.com/taubatnya-fudhail-bin-iyadh/



0

Author

Trisna Ari Roshinta

Subscribe & Follow

Disini saya hanya sharing beberapa pengalaman saya selama belajar informatika. Silahkan bertanya jika ada yang ingin ditanyakan..

Labels