Sabtu, 16 Februari 2019

   Perbedaan itu ada yang bersifat penciptaan. Dimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan 2 jenis manusia. Perbedaan itu terletak secara nyata dan fakta dapat dilihat dari anatomi tubuh, struktur otak, susunan tubuh dan lainya 

      Begitu juga perbedaan yang syar’i. Dimana hal itu sudah merupakan takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bisa dilihat dengan panca indra kita dan dengan akal kita. Dan tidak mungkin ketetapan Allah menciptakan perempuan dan laki-laki disamakan, karena keduanya memiliki perbedaan. Mereka punya fungsi dan peran masing-masing. Namun dalam agama dan ketauhidan tidak ada perbedaan, hakekat iman sama porsinya. Yang mana keduanya juga berhak mendapat pahala dari amal sholeh dan keduanya juga mendapat siksaan dari dosanya. Didalam ancaman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang disampaikan kepada kedua jenis manusia yakni,
Laki-laki dan perempuan bahwa dalam hal ibadah tidak ada perbedaan
Kedauanya sama-sama hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang wajib menaati semua perintah Allah. Keculai jika perintah Allah hanya diperuntukan bagi satu jenis manusia saja, maka laksanakanlah.

           Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikakn laki-laki menjadi kesempurnaan jasadiyah dalam segi kekuatan tubuh. Dan kekuatan perempuan berada dibawah jenis laki-laki secara umum. Maka dari itu, perempuan telah diperingatkan bahwa mereka adalah terbuat dari tulang rusuk Nabi Adam. Maka perempuan adalah bagian dari laki-laki. Kedua jenis manusia ini, membawa perbedaan dalam hukum syar’i berkenaan dengan tugas dan kewajiban, sesuai dengan kekhususan dan sifat masing-masing. Karena itulah sebuah ketetapan laki-laki dan perempuan telah menjadi ketetapan di dalam Al-Qur’an. Seperti telah dijelaskan pada Al Qur’an surah Ali Imron 36 :
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.”

           Bahwasannya kaum laki-laki dalam ketetapan Allah adalah pemimpin. Pemimpin dalam rumah tangga, menjaga, mengayomi, menolak hal yang tercela, memperjuangkan kemaslahatan rumah tangga dan banyak lainnya. Kaum laki-laki memiliki kewajiban memberi nafkah. Maka dari itu perempuan sholehah adalah perempuan yang menaati seorang suami. Jangan menjadi istri yang kafir. Sebagai perumpaan istri kafir. Yaitu istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, kedua perempuan ini menjadi istri dibawah tahta. Keduanya tidak memiliki kekuatan sejajar dengan Nabi Nuh dan Nabi Luth. 

           Perempuan tidak sejajar dengan laki-laki. Allah tidak pernah mengutus perempuan menjadi rasul ataupun nabi. Termasuk masalah imamah atau menjadi imam sholat, perempuan tidak pernah boleh sholat menjadi imam yang makmumnya adalah laki-laki. Kaum perempuan tidak pernah menjadi wali nikah, semua ini bukan kehendak laki-laki tapi ini dalah kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
           Banyak sekali hukum yang mewajibkan pada kaum laki-laki. Seperti berjihad, mengangkat senjata, sholat jum’at, sholat berjama’ah di masjid, adzan dengan suara yang keras yang dapat didengar dimana-mana. Kemudian masalah talak, dimana talak hanya berada pada suami. Masalah nasab anak diberikan pada bapak. Dalam hal waris, maka hak anak-laki-laki adalah berlipat 2 dari hak perempuan. Dalam persaksian, nisab/saksi dimana kesaksian 2 orang perempuan sama dengan kesaksian 1 orang laki-laki. Dan terkadang perempuan dalam hal tertentu tidak boleh menjadi saksi. Kemudian perbedaan dalam hal aqiqoh. Begitu banyak perbedaan yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala tentukan bagi kaum laki-laki dan perempuan.
           Maka dari itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an menyebutkan bahawa kaum laki-laki itu memiliki ketinggian diatas perempuan. Itu semua bukan sejarah, namun ketentuan Allah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang akan berlaku untuk selamanya.
          
 Ada 3 kesimpulan yang perlu dikethaui,
  1. Kewajiban iman dan menerima dengan perbedaan laki-laki dan perempuan. Dimana perbedaan dalam fisik, psikis dan syar’i ini harus kita terima karena semua ini adalah keadilan yang hakiki. Sebuah keseimbangan dimana ukuran ini tidak bisa diubah dan harus dijadika patokan dalam kehidupan. Tidak boleh bagi seorang muslim dan muslimah mengharap hak yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Harus menerima apa yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
  2.  Jangan pernah meminta ataupun berangan-angan meminta hak orang lain karena hal itu bisa menjadikan kita hasad. Mohonlah karunia kepada Allah, karena Allah memiliki karunia yang Agung.
  3. Bagaimana dengan emansipasi perempuan? Ini adalah sebuah keingkaran terhadap Allah, dimana ajakan ini berarti menggugah terhadap kehendak Allah dan takdir Allah. Dalam takdir laki-laki dan perempuan dalam hal psikis dan fisik telah berbeda. Begitu juga dengan hukum Allah secara fitroh telah memiliki fungsi masing-masing.
Bisa jadi ini adalah fitnah juga dzalim terhadap yang kuat dan dzalim terhadap yang lemah. Sebab dengan menyamaratakan maka akan mengurangi hak-hak laki-laki, juga sama saja membebani perempuan diatas kemampuan diatas takaran atau ukuran yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
0

Jumat, 15 Februari 2019

Catatan Kajian Al Ustadz Haidar As Sundawy di Masjid Cipaganti Bandung, 12 Februari 2019

"Orang yang ikhlas akan diterima oleh penduduk bumi, diterima setiap makhluk (jin manusia dan binatang)."

Buah dari keikhlasan ada 3 (yang disegerakan di dunia) :

1. Wibawa

"Telah berlalu ketetapan Allah yg tidak terganti, Allah akan menetapkan wibawa dan karisma pada setiap makhluk yang ikhlas".
Kadar wibawa dan cahaya berbanding lurus dengan keihklasan orang itu, niat dan muamalah kepada Allah 'Azza Wa Zalla. Sebaliknya, Allah akan mencampakkan, dan memberikan kehinaan dan kebencian pada orang yang riya'. Orang riya akan dibenci oleh Allah dan makhluk lain. Dia akan dihina di dunia dan di akhirat.

Kenapa ikhlas dapat menimbulkan wibawa?

Ibnu Qoyim berkata "siapa orang yang ikhlas , Allah akan menereima amal orang itu, Allah akan memberi wibawa orang itu dan orang lain akan suka kepada orang itu".

Hamdun bin Ahmad ditanya "Kenapa ucapan generasi Salaf mengena dr pada ucapan kita?". Lalu Hamdun menjawab "Karena mereka kalau berbicara, berbicara demi kemuliaan islam agar selamat dari murka Allah dan ridho dari Ar Rohman. Adapun kita, kita berbicaa demi kemuliaan diri sendiri. Demi mencari dunia."

Ada orang yang berkata kepada Imam Malik "Kenapa engkau menyibukkan diri dengan menulis kitab ini. Banyak orang yg melakukan hal sama dengan yg kau lakukan". Imam Malik menjawab, coba beri kepadaku hasil mereka. Lalu setelah dibaca beliau lempar. Beliau berkata, "Kau akan tau, mana kitab yang penulisnya hanya mengharap wajah Allah". *Dan memang terbukti, hanya kitab Imam Malik yang bisa bertahan sampai sekarang, karena Allah menjaganya dan ini adalah hikman dr keikhlasan.

Ibnu Aqil al Hambali menjelaskan gurunya, Abu Ishaq Al Fairusabadi tentang keikhlasan gurunya. Beliau tdk pernah mengeluarkan infaq selain menghadirkan niat yang ikhlas terlebih dahulu. Dan beliau selalu meminta pertolongan dari Allah agar dihindarkan dari riya. Dia tidak memperbagus ucapan atau tindakan di depan manusia. Dia juga tidak menulisakan sesuatu sebelum beristikhoroh kepada Allah.

Dzar bin Amar bin Dzar bertanya kepada Amar bapaknya(seorang ulama), "Kenapa ahli filsafat saat berbicara, tidak ada orang yang menangis. Tapi saat kau berbicara orang terisak isak". Ayahnya berkata "Wahai anakku, tangisan akan bayaran tentu berbeda dengan tangisan karena kehilangan". Maksudnya tangisan karena takut kehilangan dari cinta Allah.

 2. Cinta dari Allah


Ikhlas akan mendatangkan cinta dari Allah dan mendatangkan pertolongan Allah. Seperti kejadian dalam kejadian Baiatur Ridhwan.

Saat itu Nabi bersama 1400 pergi ke Mekkah dan hanya membawa golok, bukan pedang, karena tidak ada maksud untuk berperang melawan penguasa Mekkah saat itu, kaum Quiraish. Lalu disebuah lembah Hudaibiyah beliau berhenti dan berkemah. Lalu mengutus Ustman bin Affam untuk memberi tahu Nabi dan kaum muslimin akan umroh. Ternyata Ustman di tahan di Mekkah. Selama ditahan ada isu Ustman dibunuh. Lalu Nabi mengajak sahabat untuk berbaiat di bawah pohon. Semua sahabat setuju kecuali 1 orang. Baiat itu disebut Baiatur Ridwan. Atas kejadian ini, Allah berfirman "Allah telah ridho terhapamu disawah pohon. Karena Allah tahu isi hati mereka." Mereka punya niat ikhlas. Lalu Allah menurunkan kemenangan segera kepada mereka. Mereka mendapat kemenangan 1 tahun dari kejian dia untuk menaklukan Mekkah.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah ridho pada orang di Baiturur Ridhwan. Maka Allah berikan ketentraman jiwa (sakinah) dan kemenangan segera. Karena keikhlasan mereka. Kata Muallif, "ayat ini menunjukkan sebab ketentranan dan kemenangan adalah karena keikhlasan mereka".

Itulah mengapa ikhlas menjadi penyebab turunnya ketentraman jiwa dan pertolongan jiwa. Selain itu, mengapa keihklasan dapat menumbuhkan kecintaan Allah?

Syaikh Albani "Pertolongan Allah tidak terletak pada aspek yang real, dzohir dan rasional. Kadamg kadang hal itu diraih dari aspek syar'i". Seperti saat perang, hanya pasukan sedikit, membawa peralatan sederhana tapi dengan keimanan mereka menang. Seperti perang badar, dimana pasukan lawan berjumlah 3 kali lipa dari pasukan kaum muslimin.

Dari Abu Hurairah, shahih Bukhari dan Muslim. "Tidaklah seorang hamba bersodaqoh dgn 1 sodaqoh dr sumber yang baik, kecuali Allah akan ambil sodaqoh itu dan menempatkan ditangan kanannya. Dan akan membuat ukurannya lebih besar dari aslinya melebihi gunung." Oleh karena itu, banyak amalan kecil yang dianggap rendah oleh orang, tapi Allah melimpahkan barokahnya dengan pahala yang amat besar oleh Allah danaterpuji efeknya dari amalan tersebut.

Abu Bakar bin Asy bertanya, "Tidaklah Abu Bakar lebih mulia daripada kalian, bukan karena rajin sholat dan puasanya, tapi karena apa yang ada dalam hatinya." Abdullah bin Mubarok berkata, betapa banyak amalan kecil menjadi agung karena niat. Betapa banyak amalan besar jadi kecil karena niat juga.

Ada Salaf yang memberika wasiat kepada sahabatnya, "Ikhlaskan niat dalam amal, maka amal sedikit yang kamu lakukan akan menyelamatkan kamu".

Dalam surat At Taubah 120,  "Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."

Abu Hurairah, sahih Bukhari "Siapa org yang menginfakkan kudanya di jalan Allah dengan iman dan meyakini janji Allah, maka setiap makanan yang diberikan kuda, dicatat sebagai amal baik di hari akhir."

Bersambung..

0

Author

Trisna Ari Roshinta

Subscribe & Follow

Disini saya hanya sharing beberapa pengalaman saya selama belajar informatika. Silahkan bertanya jika ada yang ingin ditanyakan..

Labels