Jumat, 29 Maret 2019

Saat itu, disebuah kampus yang tidak pernah sepi dari pembahasan akan teknologi, saya berpapasan dengan seseorang di lift saat hendak akan pulang. Di lift itu, beliau bertanya, "aslinya mana?" | "Ponorogo Pak". Lalu kemudian beliau tanya lagi "gimana Bandung?" | Saya hanya tersenyum lalu pergi dan bertanya-bertanya dalam hati.

Beberapa minggu yang lalu, saat saya berpapasan dengan beliau lagi, saya disuruh duduk untuk ngobrol sebentar dengan beliau (sedikit terheran, karena saya tidak terlalu kenal dengan beliau dan sepertinya tidak ada urusan yang harus diperbincangkan antara saya dengan beliau). Lalu beliau mulai membuka pembicaraan dengan membahas mengenai "Jilbab Besar dan Cadar". Beliau memang sedikit "heran", dengan gaya penampilan saya yang berbeda dari mahasiswi STEI lainnya. Tapi beliau seakan sangat bersemangat akan pembahasan ini. Pembicaran itu berlanjut setiap saya bertemu beliau, mulai dari membahas thesis, jadi dosen, motivasi, hingga masalah jodoh. Dan pastinya akan berlanjut entah apa lagi yang akan dibahas.

Tapi, di hari Jum'at ini, 29 Maret 2019, ternyata adalah hari terakhir beliau di dunia ini. Beliau harus kembali ke Sang Pencipta. Sungguh, usia manusia tidak ada yang pernah tau, begitupun dengan usia beliau yang kemarin baru bertemu lagi. Iya, beliau adalah salah satu Profesor di STEI yang karyanya luar biasa, Prof. Dr-Ing. Ir. Iping Supriana Suwardi, DEA. Walau saya tidak pernah diajar beliau, dan baru sebentar kenal beliau, tapi rasanya sudah banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Satu kalimat yang akan selalu saya ingat dari pesan dari beliau 
"Di dalam kekuatan iman, ada kekuatan akal dibaliknya".

Sebuah kalimat yang penuh akan makna. Bila didalami kalimat ini, memang benar. Tidak akan ada kekuatan iman tanpa kekuatan akal.
Seseorang yang memiliki iman tinggi, sadar atau tidak sadar, ia pasti memiliki kekuatan akal yang tinggi pula. Bagimana tidak?
Ia mampu membedakan mana yang baik, mana yang buruk.
Ia mampu membedakan mana kehidupan yang sementara, mana kehidupan yang kekal.
Ia mampu membedakan mana hal yang dicintai Allah, dan mana hal yang dibenci Allah.
Ia mampu membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. 
Sungguh kekuatan akal ini datangnya hanya dari Allah. Dan bersyukurlah bagi kalian yang memiliki kekuatan iman, sesungguhnya, kalian sadari atau tidak, kalian memiliki akal yang kuat, walaupun kalian bukan seorang Profesor, bukan seorang presiden, bukan seorang ilmuan bahkan bukan seorang dengan nilai IPK tinggi. Karena kekuatan akal hakikatnya tidak diukur dari kecerdasan dalam hal dunia. Melainkan kekuatan akal diukur dari bagaimana seseorang paham akan hakikat dirinya dihadapan Sang Penciptanya.

Terimakasih Prof atas pesan yang baru saja saya maknai. Dan semoga, Prof Iping rahimahullah diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya, dan amalannya selama beliau hidup diterima oleh Allah Ta'ala. Aamiin...

0

Author

Trisna Ari Roshinta

Subscribe & Follow

Disini saya hanya sharing beberapa pengalaman saya selama belajar informatika. Silahkan bertanya jika ada yang ingin ditanyakan..

Labels