Jumat, 26 April 2019


Catatan Kajian, Ustadz Abu Haidar As Sundawi hafidzahullah | 23 April 2019 | "Amalan Hati"




Keutamaan Tafakkur
Imam As Syafi'i berkata,
"Bertafakkur sebentar tentang hadist lebih baik dan lebih aku sukai dari pada sholat 1000 raka'at."

Ibnu Abbas berkata,
“Dua rakaat sederhana yang penuh penghayatan dari apa yang dibaca oleh bibir, lebih baik daripada qiyamul-lail namun hatinya lalai.”

Dari Muhammad bin Ka’ab al-Qarzhi berkata,
"Membaca surat al-Zalzalah dan al-Qari’ah semalaman hingga pagi itu lebih aku sukai daripada membaca al-Qur’an ini semalaman dengan ala kadarnya."

Umar bin Abdul Aziz berkata,
“Tafakkur tantang nikmat-nikmat Allah termasuk diantara ibadah yang paling agung”.


Perbedaan Tafakkur dan Tadzakkur

Menurut Bahasa :

  • Tafakkur secara bahasa adalah berbolak baliknya hati dalam memikirkan sesuatu (menimbang-nimbang sesuatu untuk memperoleh apa yang beum diketahui).
  • Tadzakkur secara bahasa adalah mengingat ingat sesuatu, atau dalam konteks tertentu maknanya adalah mengambil faedah.

Menurut Istilah:
  •  Tafakkur secara istilah adalah bolak baliknya berfikir untuk memahami sesuatu untuk memperoleh faidah (faidah baik ataupun buruk).

Aspek Perbedan :

Tafakkur berfikir tentang keagungan dan kekuasaan Allah, namun tidak untuk memikirkan dzat Allah (karena kita tidak akan mampu). Tadzakkur berarti berdikir secara terus menerus, mampu mengambil pelaajaran. Tadzakkur buah dari tafakkur. Selalu mengingat Allah, dan mengambil pelajaran dari Allah, maka hal itu akan menimbulkan tadzakkur. Maka inilah megapa tadzakkur lebih utama dari tafakkur. Sebagaimana perkataan para ulama :
"Tadzakkur adalah buah dari tafakkur, dan itu adalah hasil akhir, maka tadzakkur lebih tinggi kedudukannya dari tafakkur, karena tafakkur adalah sebagai wasilah atau batu loncatan."

Lawan dari dzikr (ingat) adalah lupa, maka hakikat dari tadzakkur adalah, hadirnya gambaran yang diingat dalam hati, dan tidak akan hilang walau hanya sekejab.

Ibnul Qayyim berkata,
"Oleh karena itu, ayat-ayat Allah yang dibacakan/Qauliyah (Al Quran) ataupun tersaksikan/Kauniyah (alam jagat raya) disebut dengan sebuatn dzikro."

Allah berfirman dalam Surah Ghafir 53-54:
"Sungguh kami telah memberikan kepada Musa, dan telah Kami warisakan kitab ini kepada Bani Israil, untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang berfikir (ulil albab)."


Allah berfirman dalam Al Haqqoh 48:
"Sesungguhnya Al Quran ini adalah pengigat dan memberi peringatan".

Allah juga menerangkan ayat Kauniyah dalam surat Al Qaf 6-8:
"Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka,bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retaksedikitpun? Dan, Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)."

Allah juga menerangkan pelajaran dan peringatan dengan peristiwa dalam Surat Qaf 36-37 :
"Betapa banyak Kami telah hancurkan, binasakan generasi yang lebih kuat dari mereka. Sesungguhnya dalam hal itu ada peringatan bagi orang yang memiliki hati dan mendengar".

Para ulama menjelaskan, Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Mukhtashar Madarijus Salikin.
"Manusia terbagi menajdi 3 kelompok, pertama orang yang hatinya mati, maka ayat ayat Allah sedikitpun tidak menjadikannya pelajaran dan peringatan. Kedua orang yang punya hati, dan hatinya hidup, tapi dia tidak mendengar ayat-ayat yang dibacakan, karena ketidakpedulian dia, dan disibukkan dengan ursan dunia. Ketiga orang yang hatinya hidup, ketika dibacan ayat Allah kepada dia, maka dia mendengar, hatinya hadir, pikirannya tidak disibukkan dega urusan lain.

Perumpamaan pertama adalah seperti orang buta dan tuli. Perumpamaan orang kedua adalah seperti orang melihat tapi pandangannya ditujukan pada hal yang tidak semestinya. Perumpamaan orang ketiga seperti orang yang melihat dan fokus pada yang semestinya"

Maka orang -orang yang dapat mengambil peringatan dan juga mendengar adalah seperti dalam syarat Qaf ayat 8 dan Surat Qaf 37.


Pentingnya Tafakkur dalam Islam
  • Banyaknya ayat ayat yang memperintahkan untuk tafakkur
  • Diberikan pujian dan balasan dunia dan akhirat
  • Adanya celaan bagi yg lalai dari tafakkur
  • Adanya ancaman bagi yang tdk mau bertafakkur

Bersambung....









0

Kamis, 18 April 2019

Catatan Kajian Ustadz Beni Sarbeni | 3 April 2019 | Masjid An Nafi' Bandung pukul 10.00 WIB


Bangga dengan karya dunia adalah sifat jahiliyah. Allah telah berfirman dalam surat  Al Ankabut ayat 64:

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

"Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika mereka mengetahui."

Sungguh, jangan pernah menjual dunia demi akhirat. Apapun yang kita lakukan maupun ucapkan, Allah Maha Tau yang ada dalam hati dan diri kita, termasuk niat dalam hati kita. Tak perlu menjual akhirat demi dunia dengan mengejar kenikmatan dunia.

Kita Harus Cerdas di Dunia ini

Setiap ada ayat mengenai kehinaan dunia, Allah menutupnya dengan kalimat :
"Tidakkah kalian berakal? "
Perlu manusia sadari bahwa setiap orang pasti akan mati. Dunia sungguh hanya sementara, dia adalah tempat untuk mencari bekal akhirat. Tidak akan ada sedikitpun harta dari dunia akan dibawa. Lalu untuk apa mengejar dunia. 

Dunia yang kita kejar akan lari. Tapi ketika kita meninggalkan dunia, ia akan datang dengan kedaan hina.
Rasulallah bersabda,

"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina."

Kenikmatan dunia tidak kekal, ia pasti akan hilang. Maka tidak sepatutnya bagi orang yangg berakal untuk bangga dalam perhiasan dunia, sementara kita tidak tau kapan kita meninggal. Dalam surat Al Lukman ayat 62, Allah berfirman :
Setiap jiwa tidak tau apa yang akan dia dapat esok hari. Setiap jiwa tidak tau dimana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Tau.

Kita harus berusaha mati dengan baik. Kita tidak akan ditanya mengenai dunia, kenapa kita tidak jadi profesor?, kenapa kita tidak sekolahkan anak sampai luar negeri?, sekali lagi tidak. Justru kita akan ditanya, Bagaimana kita mentauhidkan Allah? Apakah kita sudah beribadah sesuai syari'at? Bagaimana kita mengenal Rasulallah. Bagaiamana kita mencari ilmu akhirat?

Maka tidak sepatutnya menghinakan diri dalam pencarian dunia. Yakini bahwa menyibukkan diri dgn dunia dan mencari dunia dgn yg haram adalah kerugian besar. Ada rincian mengenai bangga dengan dunia.
1. Hati yang terpikat dengan dunia
2. Mencari dunia dengan cara yang haram
3. Menyibukkan diri dengan dunia

Maka hati-hatilah dengan bangga terhadap dunia. Hati harus selalu bersikaplah tenang, pasrah dan tawakkal kepada Allah Ta'ala, sebaik baik Pengatur.


Wallahu a'lam bissawab.
1

Senin, 08 April 2019

Catatan Kajian, Ustadz Resa Gunarsa,  Lc | 8 April 2019 | Masjid Al Asy-ari UNISBA

Jika tamu istimewa itu akan datang, maka kita akan mempersiapkan kedatangannya dengan sempurna. Kita akan sibuk mempersiapkan diri. Kita bahkan tidak sabar bertemu dengannya. Itulah jika tamu agung itu akan datang. Siapa tamu itu? iya Ramadhan. Sambutlah ia dengan sebaik-baik persiapan yang kita mampu lakukan.

Bagaimana Cara Menyambut Ramadhan?

1. Kita harus berbahagia terhadap Ramadhan.
Kita harus bahagia, karena salah satu tanda orang beriman adalah senang dengan amalan yang ada pada dirinya, ilmunya, dzikirnya, sedekahnya, bahkan dengan majelis ilmunya. Ia akan bahagia dengan segala sesuatu yang datang dari Allah, termasuk amalan puasa dalam bulan Ramadhan.

2. Berdoa kepada Allah agar kita dapat berjumpa dengannya.

Walaupun Ramadhan tinggal hitungan hari, tapi kita tidak tau, apakah kita masih hidup atau tidak. Karena seungguhnya, segala urusan orang mukmin itu ada pada Allah. Maka jangan kita lupakan do'a kepda Allah agar kita dipertemukan dengan Ramadhan. 
Maka berdoalah "Ya Allah sampaikanlah kami kepada Ramadhan".

3. Kuatkan tekad.
Kita perlu menguatkan tekad untuk bersungguh sungguh mengisi bulan Ramadhan dengan full ibadah kepada Allah. Sesungguhnya, seseoarang itu tergantung tekadnya untuk mendapatkan sesuatu. Salah satu cara untuk membulatkan tekad adalah kita anggap bahwa bulan Ramadhan yang kita jalani saat ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita. Dan itu bukan hanya angan-angan, tapi sangat mungkin memang akan menjadi Ramadhan terakhir. Maka bulatkan tekad untuk :
-puasa penuh
-tarawih full
-khatam al quran
-perbanyak sedekah
-perbanyak iktikaf

4. Bertawakal kepada Allah dan Beristi'anah.
Kita perlu menyerahkan segala urusan kita dan isti'anah (memohon bantuan) kepada Allah. Tekat harus disertai dengan tawakkal dan isti'anah kepada Allah. Jangan sekali kali, kita dalam urusan ibadah mengandalkan diri kita sendiri. Manusia adalah lemah. Kita diciptakan sangat lemah. Maka kita perlu bantuan Allah. Seperti dalam surat At-Thalaq/65:3
Barangsiapa bertawakkal kepada Alah, maka akan dicukupkan urusannya.

Maka mintalah bantuan kepada Allah, degan kalimat yang termasuk istianah saat memasuki bulan Ramadhan, laa hawla wa laa quwwata illa billah

5. Bertaubat kepada Allah, dan memperbanyak istighfar

Inti dari aktivitas Ramadhan adalah ibadah, melakukan amal shaleh. Maka agar kebaikan bulan Ramadhan itu kita raih, maka hati kita harus bersih, hati kita harus kuat. Sedangkan hati yang kotor dan lemah, akan susah dalam beribadah kepada Allah. Allah sediakan cara untuk membersihkan hati, yaitu degan betaubat dan beristigfar. Maka perbanyaklah istigfar. Dan salah satu tanda hati yang bersih adalah, dia tidak akan pernah kenyang membaca Al Quran.

6. Melakukan pembiasaan/latihan-latihan
Rasulallah, dari 11 bulan sebelum Ramadhan, paling banyak berpuasa sunnah adalah di bulan Sya'ban. Hal ini adalah bentuk persiapan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Maka kita juga perlu latihan dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya'ban.

7. Persiapkan ilmu berkaitan dengan Ramadhan secara khusus
Kita perlu belajar ilmu secara khusus mengenai puasa. Dan setiap ibadah yang kita hadapi, harus dihadapi terlebih dahulu dengan ilmu. Karena ibadah tanpa ilmu adalah kekeliruan. Ilmu yang keliru akan mengakibatkan ibadah tidak sesuai degan tuntunan. Ibadah yang tidak sesuai tuntunan akan tidak sempurna bahkan tertolak. Maka kita perlu mempelajari ilmu mengenai puasa ini secara menyeluruh. Ilmu puasa diklasifikasikan menjadi 4 :
a. Fadilah puasa
b. Hikmah puasa
c. Hukum puasa (aturan dalam puasa (fikih puasa), syarat, hal yang makruh, hal yang dilakukan jika kita tdk bisa berpuasa, dsb)
d. Adab berpuasa

Demikian persiapan yang perlu kita lakukan sebelum berpuasa. Semoga bermanfaat. Dan selamat menyambut bulan Ramadhan dengan bahagia.






















0

Senin, 01 April 2019

Merenungi hakikat kehidupan yang sangat sebentar ini kadangkala adalah perlu. Mungkin bukan kadangkala perlu, tapi wajib bagi setiap manusia yang masih hidup dan hal ini harus dicamkan sedalam-dalamnya pada diri seorang manusia. Dan bagiku, merenungki hakekat kehidupan sangatlah besar maknanya. Ia dapat mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan ini, menata tujuan dan berimplikasi pada apa dan bagaimana sesuatu kita kerjakan.

Sebuah kabar telah sampai kepadaku, bahwa orang-orang yang telah meninggal, memiliki penyesalan yang sangat luar biasa. Mereka sangat menyesali kesempatan waktu yang Allah berikan kepada mereka semasa hidup, tidak mereka gunakan semaksimal mungkin untuk beribadah kepada Allah. Mereka terus meyesalinya dan berharap untuk dihidupkan kembali. Hingga mereka meminta kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia, walau hanya sejenak. Untuk apa? hanya untuk menyedekahkan harta yang ia dulu miliki atau hanya untuk mengerjakan shalat 2 raka'at sebelum subuh. Tapi itu semua tidaklah mungkin. Hal itu mustahil. Masa beramal akan terputus saat kematian datang. Tidak ada lagi jalan untuk beribadah. Bahkan penyesalan orang-orang yang telah meninggal tidak akan berguna. Kematian adalah awal dari pembalasan atas apa yang telah mereka kerjakan semasa hidup.

Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ada dua orang Arab badui datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Hai Muhammad, siapakah lelaki yang terbaik?’ ‘Yang panjang umurnya dan baik amalnya.’ jawab Rasulullah. Kemudian yang satu lagi bertanya, ‘Sesungguhnya ajaran Islam terlampau banyak bagi kami, lalu adakah amalan yang mencakup banyak kebaikan yang dapat kami tekuni?’ ‘Usahakan agar lisanmu selalu basah dengan dzikrullah’, jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad dengan sanad shahih)

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/2790-angan-angan-mereka-yang-telah-tiada.html

Sungguh, bagi kita yang sekarang hidup, mengerjakan 2 raka'at sebelum subuh atau bersedekah adalah sesuatu yang mudah, bahkan kadang lupa atau bisa jadi memang tidak pernah menjadi agenda kita. Padahal lihatlah, orang-orang yang telah meninggal, mereka sungguh sangat menginginkan untuk mengerjakan sesuatu yang saat ini sangat mampu kita lakukan. Orang-orang yang sudah meninggal sangat menginginkan berada pada posisi kita saat ini, iya kembali hidup untuk melakukan amal kebaikan, semaksimal mungkin. Bila kesempatan kedua untuk hidup itu ada, mereka tidak akan menyiakan waktu, walau sedetik sekalipun tanpa beribadah kepada Allah. Mereka tidak akan berfikir untuk menumpuk harta. Mereka tidak akan mengejar tahta dan jabatan. Mereka tidak peduli dengan popularitas. Mereka tidak akan meninggalkan perkara wajib. Mereka tidak akan menyiakan perkara sunnah. Yang terus mereka fikirkan adalah mencari bekal yang Allah berikan pada kesempatan kedua ini. Mereka tidak mau mengulangi penyesalan terbesar. Mereka tidak mau menjadai orang yang rugi, walau sedetik sekalipun. Mereka tidak mau menjadi orang yang diadzab walau karena maksiat sekecil debu sekalipun.

Lalu Bagaimana Kita Seharusnya Hidup Saat Ini?

Coba renungkanlah perkataan dari seorang Tabi'in ini:
Ibrahin At Taimi mengatakan, “Aku membayangkan tatkala diriku dicampakkan ke neraka, Lalu kumakan buah Zaqqum dan kuminum nanah, sedang tubuhku terkait dengan rantai dan belenggu. Saat itu kutanya diriku, “Apa yang kamu dambakan sekarang?” maka jawabnya, “Aku ingin kembali ke dunia dan beramal shalih,” maka aku berkata, “Engkau sedang berada dalam angan-anganmu sekarang, maka beramallah!” (Lihat Umniyat al Mauta)

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/2790-angan-angan-mereka-yang-telah-tiada.html
Ibrahin At Taimi mengatakan, “Aku membayangkan tatkala diriku dicampakkan ke neraka, Lalu kumakan buah Zaqqum dan kuminum nanah, sedang tubuhku terkait dengan rantai dan belenggu. Saat itu kutanya diriku, “Apa yang kamu dambakan sekarang?” maka jawabnya, “Aku ingin kembali ke dunia dan beramal shalih,” maka aku berkata, “Engkau sedang berada dalam angan-anganmu sekarang, maka beramallah!” (Umniyat al Mauta)
Ibrahin At Taimi mengatakan, “Aku membayangkan tatkala diriku dicampakkan ke neraka, Lalu kumakan buah Zaqqum dan kuminum nanah, sedang tubuhku terkait dengan rantai dan belenggu. Saat itu kutanya diriku, “Apa yang kamu dambakan sekarang?” maka jawabnya, “Aku ingin kembali ke dunia dan beramal shalih,” maka aku berkata, “Engkau sedang berada dalam angan-anganmu sekarang, maka beramallah!” (Lihat Umniyat al Mauta)

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/2790-angan-angan-mereka-yang-telah-tiada.html
Sungguh, penyesalan itu akan ada. Dan harapan untuk memperbaiki penyesalan dikesempatan kedua itu pasti ada. Saat ini lah kesempatan kedua itu terwujud. Iya, saat ini kita masih hidup. Allah masih memberi kesempatan kita untuk melakukan amal shaleh yang kita inginkan (sesuai syari'at). Dan jangan sia-siakan kesempatan kehidupan kedua ini seperti kita menyia-nyiakan kehidupan pada kesempatan kemarin. Sesalilah semua dosa dan hal buruk yang pernah kita lakukan. Dan manfaatkan waktu yang masih kita genggam ini untuk beramal sholeh, sebelum kesempatan itu berakhir.



Bandung, 25 Rajab 1440 H
i firman Allâh Azza wa Jalla :
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”. [Ibrâhîm/14:44]


Read more https://almanhaj.or.id/3540-penyesalan-yang-tiada-berguna.html
i firman Allâh Azza wa Jalla :
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”. [Ibrâhîm/14:44]


Read more https://almanhaj.or.id/3540-penyesalan-yang-tiada-berguna.html
i firman Allâh Azza wa Jalla :
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”. [Ibrâhîm/14:44]


Read more https://almanhaj.or.id/3540-penyesalan-yang-tiada-berguna.html
i firman Allâh Azza wa Jalla :
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”. [Ibrâhîm/14:44]


Read more https://almanhaj.or.id/3540-penyesalan-yang-tiada-berguna.html
0

Author

Trisna Ari Roshinta

Subscribe & Follow

Disini saya hanya sharing beberapa pengalaman saya selama belajar informatika. Silahkan bertanya jika ada yang ingin ditanyakan..

Labels